Thursday, 28 March 2013

Zidane vs The Almighty Brazil


Zinedine Zidane

Zinedine Zidane, dia merupakan pahlawan perancis di Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Dia adalah mungkin playmaker terbaik yang pernah di miliki Perancis. Kemampuannya mengolah bola sudah tidak di ragukan lagi. Kehebatan visi bermainnya pun hampir tak ada duanya. Pantas memang jika julukan "The Professor" melekat padanya, karena memang dia playmaker yang jenius, malah yang paling jenius menurut saya.

Kita pasti ingat tentang gol volley sinting dia di Final Liga Champions 2002. Gol itu pula lah yang membuat Real Madrid menjuarai Liga Champions tahun itu. Kita juga tidak bisa melupakan kehebatan dia di Piala Dunia 1998 dan Euro 2000, dan mampu menginspirasi timnas Perancis di kedua event besar sepak bola itu. Kita juga tidak melupakan kiprahnya di Piala Dunia 2006, dia menunjukan untuk terakhir kalinya kepada dunia kalau dia masih belum habis. Bagaimana dia nyaris sendirian mengacak-acak pertahanan Brazil yang waktu itu di anggap skuad terbaik yang di miliki Brazil semenjak tahun 1970 dan 1982.

Saat ini saya ingin membahas kiprah pria yang bernama lengkap Zinedine Yazid Zidane ini di Piala Dunia 2006. Khususnya pada pertandingan melawan Brazil. Karena meskipun Perancis kalah di Final, mereka tetap anggap sebagai juara kompetisi tersebut. Setidaknya saya menganggapnya begitu. Mereka bermain seperti juara. Zidane pun mengeluarkan semua kehebatan yang dia punya di kompetisi sepakbola resmi untuk terakhir kalinya dalam hidupnya itu.

Minggu 2 Juli 2006. Setelah mengalahkan Spanyol di perdelapan final, timnas Perancis menghadapi calon paling kuat untuk menjuarai Piala Dunia di babak perempat final, Brazil. Skuad Brazil pada tahun 2006 di anggap sebagai salah satu skuad sepakbola terbaik yang pernah ada. Disana ada nama Ronaldo, Ronaldinho, Kaka, Roberto Carlos, Adriano, Juninho, Cafu, Dida, Robinho, Ze Roberto, Gilberto Silva dkk. Mereka merupakan salah satu talenta-talenta terbaik yang pernah menginjak lapangan hijau. Mereka semua yang terbaik di posisinya masing-masing, tapi Perancis tidak gentar. Mereka tidak boleh gentar lebih tepatnya karena skuad mereka juga tidak kalah hebat. Ada nama-nama hebat seperti Henry, Vieira, Barthez, Makalele, Thuram, Ribery, Trezeguet, Sagnol, Abidal, Gallas dan tentu saja kapten mereka, Zidane.

Pada menit-menit awal pertandingan berjalan seimbang. Brazil mengambil inisiatif menyerang tapi serangan mereka selalu terhenti oleh dua gelandang jangkar Perancis. Vieira dan Makalele, dua nama ini merupakan -selain Zidane- yang membuat Brazil tidak berkutik melawan Perancis. Mereka lah gelandang petarung di lini tengah Perancis. Tanpa mereka mungkin Perancis akan kebobolan banyak gol. Mereka yang menguasai lini tengah hingga belakang Perancis, membuat lini pertahanan Perancis sedikit "santai" dalam mengamankan gawang Barthez.

Kembali ke pertandingan, kebuntuan serangan Brazil di manfaatkan dengan baik oleh Raymond Domenech, pelatih timnas Perancis saat itu. Dia memberikan instruksi yang menurut saya sangat sederhana di waktu. sebelum dan di saat pertandingan. "Setelah merebut bola, oper ke Zidane. Jika kau dapat bola dari Zidane, umpan balik lagi ke dia. Siapapun yang mendapat bola, umpan ke Zidane. Biarkan dia yang melakukan semuanya". Dan ya, taktik mereka berhasil. Zidane membuat Brazil kocar-kacir dengan permainan indahnya. Bahkan Kaka, playmaker hebat dari AC Milan pun harus melakukan beberapa kali pelanggaran ke Zidane demi mendapatkan bola, karena ya memang saat itu bola hanya lengket ke satu orang, Zidane.




Zidane vs Carlos, Silva, dan Kaka'

Brazil bukannya tidak mau menghentikan Zidane, mereka jelas melakukannya. Mereka tidak mungkin membiarkan seorang Zidane bebas menari-nari di lapangan tanpa kawalan. Bukan hanya bek dan gelandang bertahan, Kaka, Ronaldinho, Robinho, Ze Roberto, dan bahkan Ronaldo pun berusaha merebut bola dari Zidane. Mereka itu bukan lah tipe gelandang petarung, bahkan Ronaldo itu striker! Ronaldo sampai harus mundur kebelakang untuk merebut bola. Tapi apa daya, malam itu adalah malamnya Zidane. Kecuali melakukan pelanggaran terhadapnya, bola yang dia kuasai sangat sulit untuk di rebut secara open play.

Saat itu dia membuktikan bahwa dia yang adalah penguasa lapangan di Frankfurt tersebut. Nyaris semua peluang Perancis di berikan oleh seorang Zidane sendiri. Malam itu dia menunjukan pada dunia apa yang dia punya. Dia belum habis. Semua kritikan media maupun rakyat Perancis sendiri dia mentahkan melalui penampilannya melawan Brazil malam itu. Kaka, Juninho dan Ronaldinho pun seperti di ajarkan bagaimana cara seorang playmaker menciptakan permainan hebat. Bagaimana seorang playmaker kelas dunia bermain. Bagaimana Zidane biasa bermain di masa jayanya. Penampilannya seperti 10 tahun lebih muda dari umurnya. Skuad "Dream Team" Brazil seperti sekelompok pesepakbola amatir yang di ajarkan bagaimana bermain bola yang hebat.



Bahkan Ronaldinho pun tak berkutik
Gol pun tercipta di menit ke-57 oleh Thierry Henry, itu pun karena set piece. Sebuah tendangan bebas Zidane mampu di maksimalkan dengan baik oleh Henry. Tak terkawal, dia melepas kan tendangan first time ke depan Dida. Tendangan first time Henry terlalu kencang untuk di hentikan oleh Dida, dan hasilnya Perancis unggul 0-1. Brazil jelas tidak mau lama-lama dalam posisi ketinggalan seperti itu. Mereka berusaha menyerang dari berbagai sisi. Tapi sisi pertahanan Perancis saat form terbaiknya malam itu. Semua nama-nama hebat di skuad Brazil malam itu seperti frustasi menembus gawang si plontos Barthez.
Gol Henry di meit ke-57
Sampai peluit akhir berbunyi skor tetap 0-1 untuk Perancis. "The Almighty Brazil" harus mengakui kehebatan timnas Perancis malam itu. Lebih tepatnya kehebatan dari seorang pria yang berumur 34 tahun mampu mengacak-acak timnas sepakbola yang di anggap terbaik di planet bumi tahun itu, Seorang diri!.