Saturday, 5 May 2012

BARCELONA (bagian 3)



SOROT: Kejayaan Barcelona Dimulai Dari Sukses Spanyol Di Euro 2008










Bagian berikutnya dari cuplikan buku ini menceritakan tentang kejayaan timnas Spanyol di Euro 2008 yang persis terjadi sebelum Barcelona memasuki periode tersukses sepanjang sejarah klub.


BARCA: THE MAKING OF THE GREATEST TEAM IN THE WORLD


Saya akan menceritakan apa yang terjadi jika Anda sempat duduk bersama Carles Puyol, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta kira-kira pada pertengahan Mei 2008 dan mengatakan kalau mereka tidak hanya akan memberikan Spanyol sebuah penampilan yang penuh kejayaan dalam Euro, tetapi juga periode terbaik dalam sejarah FC Barcelona.

Iniesta tipe pria rendah hati. Salah satu ekspresi yang paling sering dilakukannya saat wawancara adalah mengulangi kata-kata, "Qué sé yo?" ("Apa yang saya tahu?"). Pada hari itu dia mungkin akan mengubahnya menjadi, "'Qué sabe usted" ("Apakah Anda bercanda?"). Puyol akan memotong pendek obrolan sambil menyibakkan rambut dan mendengus. Xavi, yang baik hati, akan menunggu sampai Anda mendapatkan bantuan psikologis. 



Musim mengerikan Barcelona terjadi di Santiago Bernabeu hanya empat pekan sebelum Euro 2008 dimulai. Real Madrid menghantam Barca 4-1, pasukan Frank Rijkaard dipermalukan dengan keharusan memberikan tepuk tangan kehormatan kepada juara liga. Iniesta cedera, Xavi dikartumerah, dan Puyol, sampai saat ini, mengenangnya sebagai malam terburuknya sepanjang karier. 

Kemudian di bawah pengaruh hebat Luis Aragones, ketiganya mengantarkan Spanyol menuju kejayaan. Proses yang terus saya ikuti selama beberapa pekan di bawah kabut dan hujan Neustift, dekat Innsbruck.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan Xavi akan meneruskan masalah lama bagi klub dan timnas, yaitu berbakat tetapi rapuh. Tetapi dia justru menjadi solusi tim dan dia membuktikannya saat Euro 2008.

Itu untuk kali pertama para pemain mungil mulai mendominasi di bawah kepelatihan Aragones. Iniesta, David Silva, Cesc Fabregas, Santi Cazorla, Xavi, dan David Villa mengangkat Spanyol ke tingkat penampilan dan kehandalan terbaru. Tidak satu pun dari mereka yang lebih tinggi daripada 175 cm, malah beberapa lebih pendek.

Di grup Spanyol tergabung Rusia, yang dilatih Guus Hiddink. Andrey Arshavin, dilarang bermain untuk dua laga pertama, tampil lagi pada laga penentu grup menghadapi Swedia. Dia menghancurkan mereka, membantu terciptanya gol pertama, menghantam tiang, dan mencetak gol kedua. Bintang pertandingan. Di perempat-final dia bahkan tampil lebih baik dengan mengoyak-ngoyak Belanda.
Sebelum semi-final Spanyol versus Rusia, saya memfilmkan wawancara dengan Xavi, dia bersemangat. "Pemain kecil lain yang menguasai dunia! Tahukah Anda, saya bahkan belum pernah mendengar Arshavin sebelum turnamen ini dan dia tampil luar biasa? Dia hanya salah satu contoh bagaimana sepakbola diperuntukkan pria-pria cerdas, bukan pemain besar yang berlari sepanjang hari." Kemudian Xavi merusak hari Arshavin (bukan untuk kali terakhir) dengan sebuah gol dan penampilan selayaknya seorang bintang ketika Spanyol menang meyakinkan di semi-final 3-0.



"Iniesta, David Silva, Cesc, Santi Cazorla, Xavi, dan David Villa mengangkat Spanyol ke tingkat penampilan dan kehandalan terbaru. Tidak satu pun darimereka yang lebih tinggi daripada 175 cm, malah beberapa lebih pendek."


Tiga pemain Barcelona itu menjadi tim terbaik turnamen pilihan UEFA. Xavi memberikan assist untuk terciptanya gol di final dan mereka pulang sebagai para pahlawan sekaligus penakluk.

Namun, saat kembali dari liburan, pramusim Barcelona sudah dimulai. Dengan giat. Tidak ada lagi zona kenyamanan, tidak ada waktu bersantai. Dan pelatih baru.

Xavi memaparkan dampat yang langsung diberikan Pep Guardiola sejak kali pertama. "Ketika kami mulai berlatih, skuat bekerja keras," ujarnya. "Para pelatih, staf pelatih fisik, Pep, mereka mengamati kami seperti sekawanan elang; meminta kami terus mengulang-ulang, meningkatkan intensitas latihan. Puyol, Andres, dan saya menatap satu sama lain. 'Wah! Apa yang terjadi di sini? Mereka tidak main-main'. Lebih penting lagi, saya berkata pada diri sendiri, 'Inilah salah satu momen ketika Anda harus serius berlatih atau latihan itu yang meninggalkan Anda'."

Empat tahun dan 13 trofi kemudian, keputusan untuk tidak tertinggal merupakan pilihan yang lebih baik.


SUMBER : Buku baru Graham Hunter, "Barca: The Making of The Greatest Team In The World"

No comments:

Post a Comment